Berita Terbaru:
Home » » rindu kampung halaman

rindu kampung halaman

2012-12-27 | 0 komentar

RiNdU KaMpoEng HaLaMan

Meski tak seindah kata orang, kampung halaman tentu saja adalah tempat yang paling dirindukan oleh para anak rantau. Seperti saya saat ini yang berada di Medan dalam rangka kuliah di salah satu Perguruan tinngi yaitu STMIK BUDIDARMA MEDAN, entah kenapa tiba-tiba rindu kampung halaman. Memang sih baru sebulan kemarin meninggalkan kampung halaman setelah lebih dari sebulan liburan disana, tapi tetap saja lebih enak kampung sendiri dari pada kampung orang. Meski jujur saya akui, di Medan ada suatu hal yang berbeda dan indah dari pada kampung halaman, tapi tetap saja saya selalu rindu kampung halaman saya yang berada di Rantau Prapat nun jauh disana. Kadang iri melihat teman-teman yang rumahnya dekat, yang asli medan, atau di daerah terdekat medan yang
bisa untuk pulang tiap minggu, setidaknya sebulan sekali paling lama. Sedangkan saya sendiri baru bisa menginjakkan tanah Rantau Prapat setelah 6 bulan meninggalkannya. Tapi ternyata dibalik itu semua ada hal yang membuatku merasa beruntung jadi anak rantauan.

Yah kini aku merasa beruntung jadi anak rantau karna banyak hikmah didalamnya. Bahkan beberapa teman ada yang kepengen jadi anak rantau, tapi ya nasib jadi orang asli Medan. Dari mereka yang merasa iri terhadap anak rantau saya belajar. Memang sih anak rantau itu susah ketemu orang tua
yang sangat dicintai, tapi karena itu kita bisa benar-benar merasakan betapa besarnya kasih sayang mereka pada kita, dan betapa besar kasih sayang kita pada mereka. Semakin lama kita tidak bertemu dengan orang tua, maka semakin rindulah kita pada mereka, dan luapan rasa rindu itu akan terbayar ketika kita telah bertemu dengan mereka saat jadwal pulang kampung. Tentu saja perasaan bahagia yang berbuncah ini beda dengan mereka yang bisa ketemu dengan orang tuanya lebih sering atau bahkan ketemu  setiap harinya. Birrul wa lidain, berbakti kepada orang tua, mungkin anak rantau jarang melakukannya secara langsung, tapi sekali ia bertemu dan melakukan hal itu, niat yang sungguh dan ikhlas Insya Allah senantiasa terpatri di hati mereka.

Mandiri, salah satu hikmah yang di dapatkan oleh anak rantau. Dari semasa kecil kita selalu bergantung pada orang tua dalam banyak hal, bahkan seluruh hal dalam kehidupan kita. Untuk mandi, bangun pagi, dan belajar, bahkan untuk sholat saja dulu kita mesti diteriakin orang serumah, baik ayah, ibu, bahkan kakek dan nenek. Hal itu kadang masih terus berlanjut hingga SMA yang seharusnya kita sudah bisa dewasa saat itu. Tapi ketika kita, tepatnya saya, jadi anak rantau, hal itu perlahan berubah. Tentu saja berubah ke arah yang lebih baik, jadi lebih mandiri. Setidaknya tidak perlu diteriaki orang lain untuk melakukan aktivitas dan kewajiban diri sendiri. Setidaknya sadar bahwa ketika tidak ada manajemen waktu dalam kehidupan yang sendiri tanpa orang tua, akan berjalan kacau, dan tentu saja merugikan diri-sendiri. So, Insya Allah anak rantau itu bisa lebih mandiri, meskipun gak menjamin sih :p

Berani. Berani dalam beberapa hal yang sebelumnya mugkin bahkan tidak pernah terpikir untuk dilakukan. Berani hidup tanpa orang tua. Berani dalam mengambil keputusan sendiri. Dan berani-berani yang lainnya tanpa harus ada penjagaan dari orang tua. Bukan berarti lepas dari orang tua, tetap dalam pengawasan mereka tetapi orang tua akan lebih menghargai keputusan dan keberanian untuk kebaikan diri kita sendiri. Beberapa yang masih bareng orang tua ketika kuliah biasanya kurang berani untuk beberapa hal, masih terlalu mengandalkan orang tua, meskipun sebenarnya tidak semua. Tapi bagi anak rantau tidak, kita tidak bisa lagi mengandalkan orang tua yang berada nun jauh di kampung halaman sana. Jadi kita harus berani dalam setiap hal.

Orang bilang juga anak rantau itu lebih bebas. Bukan berarti bebas dalam artian yang harfiah. Bebas yang saya maksud disini lebih ke arah kegiatan kampus. Namanya juga anak kuliahan gak seru kalo gak ikut yang namanya organisasi, baik organisasi intra kampus ataupun ekstra kampus, ataupun bahkan yang tidak ada afiliasinya dengan kampus, yang penting berorganisasi. Ketika kita masih satu rumah dengan orang tua biasanya kita dituntut untuk dirumah bersama keluarga, tapi tidak jika kita menjadi anak rantau yang notabene ngekost. Tidak ada tanggung jawab dirumah selain mungkin membereskan rmah atau silaturrahim dengan teman sekost yang kebanyakan sama-sama sibuknya dengan kita. Hal ini akan memberikan kebebasan yang lebih kepada kita dalam mengeksplorasi bakat dan potensi kita di kampus atau di organisasi. Saya sendiri sih sebenarnya setuju dan gak setuju pada statement yang kali ini. Kenapa? Karna justru menurut saya bahagia sekali rasanya jika bisa sering kumpul-kumpul dengan keluarga dan berbakti pada orang tua. Dan saya juga setuju dengan kebebasan lebih yang saya dapat sehingga kita bisa mengekspresikan semua potensi kita diluar rumah.

Dari sekian hikmah-hikmah yang ada dan saya bahas, masih banyak sebenarnya hikmah-hikmah lain. Tapi menurut saya apa yang saya paparkan di atas dominan dan sudah cukup mewakili hikmah yang ada menjadi anak rantau. So, jangan takut jadi anak rantau. Insya Allah kita akan menjadi pribadi yang lebih baik ketika kita menjadi anak rantau. Amin…

Eh, tapi saya tetap rindu pulang kampung lho…! :D

Kampoeng ku : Bulungihit,Marbau,Labuhan Batu Utara
Like dan bagikan :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Satu Cerita Untuk Semua™ - All Rights Reserved