Berita Terbaru:
Home » » Kejamnya Cintamu

Kejamnya Cintamu

2013-06-03 | 0 komentar

ALANGKAH KEJAMNYA CINTA

Oleh: sri ayuni


Tiupan angin yang begitu pelan-pelan bagaikan sepoi-sepoi, membuat aku seperti orang merana. Pagi itu kurasakan begitu resah pikiran ini. Terus aku turun dari pembaringanku ini, karena seruan azan sudah berkumandang, waktu shalat shubuh telah tiba. Lalu aku mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat shubuh, dan minta petunjuk Allah supaya diberi ketenangan dalam bathin ini.


Sesudah aku melaksanakan semua itu, aku pergi keluar sambil jalan-jalan pagi untuk menghirup udara segar. Sesampainya aku dipersimpangan jalan, aku mendengar seperti ada orang yang memanggil namaku. Kemudian Lina mengabari aku, bahwa dia mendapat undangan pesta pernikahan kekasihku, yang sudah lama tak kunjung datang. Terus aku balik bertanya, “apa aku tak salah dengar, Lin....”. Lantas begitu spontan Lina temanku menjawab,”Enggak salah lagi, nih, lihat sendiri undangannya, aku sengaja membawa undangannya biar kamu percaya”. Seperti ada api yang membara didada ini. Aku harus bisa datang, walau tanpa diundang. Aku harus bisa menyaksikan pesta pernikahan itu, dengan mata kepalaku sendiri.

Sampailah pada hari yang kutunggu-tunggu itu telah tiba. Aku datang secara diam-diam diantara kerumunan orang. Aku berjalan sambil menyelinap, agar mantan kekasihku tak melihat keberadaan ku disitu. Ternyata benar, aku sempat menyaksikan saat kekasihku itu, betapa semangatnya dia saat mengucapkan “ijab-qabul” didepan penghulu, sambil tersenyum kepada mempelainya. Betapa sakit dan kecewanya hatiku, betapa hancurnya harapanku. Cinta yang sudah terbina seakan tiada arti lagi. Aku kecewa sekali masih terbayang dalam ingatan ini saat dia mengucapkan perasaan cintanya untuk ku. Dan betapa aku mengagungkan cintanya saat itu. Begitu mudah dia mengucapkan cinta itu, semudah itu pula dia mengakhiri semua itu. Tanpa mengucapkan selamat tinggal untukku. Tak pernah ku merasakan rasa kecewa yang begitu menyakitkan ini. Ternyata cinta itu begitu kejam. Alangkah kejamnya cinta. Mengapa harus ada cinta dan mengapa pula harus ada kecewa. Begitu sulit dipisahkan cinta dan kecewa.

Kemudian aku langsung pulang sambil menangis. Dan menyusuri jalan-jalan yang sepi tanpa menoleh lagi. Seandainya aku tahu dari dulu, tak mungkin aku menerima cintanya dengan setulus hatiku ini. Mengapa aku selalu gagal dalam mencapai cinta. Apa salahku dan apa dosaku. Sehingga aku menerima derita cinta ini. Penuh dengan segala kekecewaan yang menyakitkan.

Mengapa kita harus mengukir kenangan manis diantara perjumpaan kita. Kenangan yang selalu menjadikan naluri aku semakin rapuh ini. Kini kurajuti hari-hariku yang sepi, tanpa ada yang menemani, kunyanyikan tepian cemara ini tanpa ada yang menemani. Kulagukan duka ini sendiri, tanpa dirimu disisiku lagi. Cukupkanlah aku merasakan kesakitan yang begitu menyakitkan ini. Cinta yang sudah kubina berakhir begitu saja, bagaikan angin lalu. Kini biarkanlah ku pergi membawa semua kenangan, walau hanya bayanganmu yang menjelma. Semua bayangan darimu akan selalu kusimpan dalam sanubari ini dan akan kujadikan sejarah pahit dalam hidup ini.

Terkadang aku ingin menghapus namamu dan mengubur sejuta cerita kita, tetapi bayangan itu selalu datang, disaat aku berjuang untuk menghapus semua itu. Sebagaimana aku bisa belajar untuk mencintaimu dahulu. Dan pastinya aku juga bisa berjuang untuk melupakanmu. Itulah tekad yang membaja dalam dada ini. Haruskah aku menyesali dengan apa yang telah terjadi. Penyesalan itu selalu datang terlambat. Kini aku harus bangkit dari ketidakberdayaan ini. Untuk menyongsong hari esok dan tak perlu hanyut hanya karena sepotong kepahitan di masa lalu, yang sudah menjadi mimpi, aku berdoa dan tetap berharap pada yang kuasa, agar aku bisa menghadapi penderitaan ini. Jangan biarkan kesedihan ini tetap berlanjut. Kalau memang ini taqdirmu untukku, kuatkanlah aku. Karena aku tak pernah menyalahkan taqdirmu untukku. Tapi semua itu adalah kehendak.



Tak terbayang olehku kalau akhirnya begini jadinya, dulunya aku selalu membayangkan bahwa dia akan selalu mencintaiku, walau apapun yang terjadi dan akan selalu menuntunku dan menyayangi ku selalu, tapi semua itu keliru. Semua itu semakin jauh dariku, tak adakah sebongkol rasa sayang untuk ku. Lupakan semua pengorbananku. Sia-sia semua itu yang kulakukan untukmu.

Perpisahan itu begitu menyakitkan, tapi itulah kenyataan yang harus kuterima. Untuk bisa menghentikan tangis ini, aku harus bisa melangkah dengan pasti. Walaupun harus mulai dengan sesuatu yang awal. Walaupun sulit rasanya, aku harus bisa tersenyum untuk hari esok yang ceria. Semoga takkan ada duka dan takkan ada kecewa. Mungkin semua itu akan lebih baik daripada apa yang pernah aku jalani. Namun apakah aku bisa setegar itu. Setegar batu karang yaang takkan terhempas walau diterjang badai dan takkan tersesat karena karang terjangmu dan takkan kandas dan musnah oleh lembahmu yang hitam. Semua kesudahan itu harus berlalu sebatas dengan kesudahan. Semoga aku bisa melupakan hari-hari yang sudah terlewati itu. Karena hari yang kemarin adalah pengalaman dan pelajaran untuk dijadikan pedoman, yang akan menjadi semboyan dalam hidup ini.

Oh.....Tuhan

Bukalah pintu hati ini agar aku selalu berada dijalanmu. Berilah kebahagiaan untukku, makhluk yang lemah ini, karena engkau kuasa atas segala sesuatu. Dan engkau pula Maha mengetahui atas segala sesuatu. Tiada daya dan upaya kecuali engkaulah yang kuasa, yang menentukan jalan hidup hamba-Mu. Biarkanlah deritaku akan cepat berakhir. Berdosakah aku mengharapkan apa yang belum pernah aku dapatkan. Hidupku hanya mengharapkan sebongkol kasih sayang dan sekelumit perhatian yang dalam, tapi semua itu tak pernah kurasakan apalagi untuk kugenggam. Inilah jeritan batin seorang anak manusia. Jika aku bisa menggenggam kebahagiaan dengan apa yang selalu kuinginkan. Mungkin kematian yang akan menjemputku, aku merasakan suatu ketenangan, agar hidup yang kujalani ini takkan sia-sia karena semua itu adalah impianku, harapanku dan angan-anganku, yang selalu ingin kugantungkan dalam hidupku. Karena aku tak pernah putus asa dalam membangun sebuah cinta yang pernah kau anugerahkan kepadaku dan izinkanlah aku melangkah dijalanmu dan mengubah haluan hidupku menuju pintumu.[]

Like dan bagikan :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Satu Cerita Untuk Semua™ - All Rights Reserved